Kakak Cantik Sekali
Written by: MVP
Aku melihatnya lagi. Gadis itu di tempat yang sama. Garis di dasinya menunjukkan bahwa ia berada di 2 tingkat di atasku. Umurnya mungkin lebih tua dariku tapi aku merasa aku lah yang lebih tua darinya.
Melihatnya membuka lembaran buku dan menyisir rambutnya dengan jemarinya membuatku gila. Beberapa kali ia terlihat melintas di lapangan basket tempatku berlatih. Memang ia tidak melihatku tapi aku melihatnya.
“sampai kapan kau hanya bisa menatapnya?” Mario melingkarkan tangannya,”woman killer.” Dia tertawa.
“itu kan karena kaulah yang Girl killer.” Sahutku. Woman memang sengaja dipakai oleh Mario untuk menyebut wanita yang lebih tua.
YYY
“halo?” tanya seorang gadis.
Ken menarik sedikit buku yang sengaja ia pergunakan untuk menutup wajahnya. “oh!” ia berjingkat dan berdiri.
“kau tidur?” tanyanya menatap Hani lekat-lekat,”oh—kau dari kelas 1 ya?” ia tersenyum.
Ken tidak bisa menjawabnya dan hanya tersenyum. Jantungnya berdegup cepat, mungkin kalau berdegup lebih cepat lagi, jantungnya bisa meloncat keluar dari tubuhnya. Cairan di otaknya memanas. Ia tidak bisa menahan ekspresinya, tersenyum dan salah tingkah.
“aku kira tempat ini hanya milikku. Tapi, kau juga tahu tempat seperti ini di sekolah kita.” Keluhnya kecewa,”hah~ aku bosan sekali.” Ia menyandarkan diri di dinding dan menoleh ke luar jendela.
“ke-ke-“ Ken menghela nafasnya,”kenapa kakak bosan?” ia juga menyandarkan diri di dinding lainnya menghadap gadis itu.
Gadis itu memutar bola matanya. “tidak tahu juga. Hehehe” ia tertawa lalu memejamkan matanya,”koridor kecil ini tempat paling nyaman kalau kau ingin merenung.”
Ken mengangguk pelan. Ia menatap gadis di depannya. Ia pendek, kira-kira hanya setinggil bahunya. Itu juga karena Ken seorang atlit basket sekolah. Tinggi badannya melebihi laki-laki di kelasnya. Tangannya bergerak ingin menyentuh rambut kecoklatan gadis itu.
“aku…” gadis itu membuka matanya.
Ken meletakkan tangannya di dinding tepat di atas kepala gadis itu.
Ia dapat menatap jelas wajah Ken dari dekat. Bibirnya terlalu kaku untuk sekedar mengatakan ‘apa yang sedang kau lakukan?’.
“oh! Ahahaha!” Ken menarik tangannya,”tadi aku melihat ada serangga. Tapi seperti sudah pergi.”
“eh? Oh.. begitu.” Gadis itu mengangguk-angguk.
“em—kakak, apa pendapatmu tentang menyukai orang yang lebih tua?”
Gadis itu bingung. Mengusap dahinya kemudian tertawa kecil sambil mengayun-ayunkan kakinya. “bagaimana ya? Aku bingung. Hahaha” mengadahkan wajahnya untuk dapat menatap wajah Ken,”sepertinya itu bagus. Tidak masalah kau tua atau muda. Selama kau bisa memperlakukan dia dengan baik. Aku rasa itu baik.”
“benarkah?” wajah Ken terlihat senang.
“kenapa? Apa seleraku aneh?” tanyanya.
Ken menangkap satu kata ‘selera’ dan semakin membuatnya senang. “oh—aku sepertinya harus latihan. Nanti sore, ada pertandingan lagi. Mau kah kakak datang?”
“tentu.” Ia mengulurkan tangannya,”Hani. Hani Safira.”
Ken menjabatnya,”aku—“
“Yuhiko Ken Anggara.” Sahutnya cepat.
“bagaimana kakak—“
“kau pemain basket. Semuanya kenal kau.” Ia tersenyum,”apa kau benar-benar blasteran Jepang?”
“sepertinya bagimana?” Ken membuka flap ponselnya,”iya~. Aku tahu. Sebentar lagi aku turun. Baik.”
“pergilah. Aku masih ingin disini beberapa menit lagi.” katanya.
Ken berjalan menjauhinya. Menoleh sebentar kebelakang dan kemudian memunggingnya. ‘Hani, atau… Honey’, gumamnya senang.
YYY
Pertandingan sudah hampir berjalan setengahnya. Ken masih tidak bisa menemukannya di barisan penonton. ‘mungkin dia tidak datang. Untuk apa datang hanya untuk melihatku.’ Gumamnya membesarkan hatinya.
“KENN!” Mario berteriak memberikan umpan.
Ken menangkapnya dengan baik dan berlari menuju ring. Masuk!
Waktu terus berjalan. Hani memang sepertinya tidak akan datang. Hingga akhirnya peluit di bunyikan.
“permainan berakhir! 40-55! SMAN 11 pemenangnya!” sahut MC dari luar lapangan.
“kenapa tidak senang?” Mario mendekati sahabatnya.
Ken menggeleng dan segera mengambil tasnya. “duluan ya.”
YYY
Hani melangkahkan kakinya keluar ruangan latihan tapi seseorang tiba-tiba saja muncul. “kenapa kemarin tidak datang?”
“oh!” Hani berjingkat mundur, mengedipkan matanya kaget,”oh—ah Ken, maaf ya. Aku kemarin ada hal penting.”
Ken masuk kedalam ruangan itu. Melihat sekeliling. Ruangan dengan kaca besar. “apa ini tempat latihan menari?” ia menoleh ke arahnya lalu mendekati rak penyimpan kaset,”aku rasa aku tahu beberapa lagu di rak ini.”
Gadis itu mendekatinya. “benarkah? Kau bisa menari juga?” katanya sambil mengikat rambut panjangnya.
“bagaimana ya?” tanyanya sambil memasukkan sebuah kaset ke dalam Tip,”ambil tempat dimana kau bisa melihat ke tampananku ya.” Katanya sambil melepas jas sekolahnya.
Hani tertawa mendengarnya dan mengambil tempat tepat di depannya. Duduk dan memandangnya. “…ini…” Hani mengenal lagu itu,”SHINee – Replay”
Ken mulai dengan gerakan pelan lalu dengan lincahnya bergerak menggambarkan arti dari masing-masing lirik lagu itu dan sedikit menyanyikannya. “¯kakakY cantik sekali~¯” katanya membahasa Indonesiakan arti lirik yang berbahasa korea itu,”…¯Replay Replay Replay… Thingking about u¯ Hey girl!”
Matanya tidak bisa berkedip sedikit pun. Tangannya terlalu kaku untuk bertepuk tangan. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak terlalu kencang. Adik kelasnya yang ada di depannnya saat ini benar-benar mengagumkan untuknya dan mungkin lebih tepatnya…
“kakak, aku—ehhm… aku menyukaimu. bagaimana kalau kita pacaran saja?” Ken berjongkok di depannya.
Hani masih belum bisa percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
“ahh~” keluhnya dengan nafas besar dan menggaruk kepalanya kasar,”memandangimu diam-diam setiap hari membuatku gila. Apa kakak tidak bisa membantuku menjadi normal?”
“aku—“ tangannya gemetar,”ta-ta-tapi aku..”
Ken menanggak maskud Hani berbeda. Ia segera bangkit dan mengambil jasnya yang tergeletak di lantai. “sepertinya aku mengerti. Aku minta maaf. Kakak bisa lupakan saja ini. Permisi.”
Ken memunggunginya. Berjalan menuju pintu. “ehg—Ken, bisa bantu aku?” panggilnya dan membuat Ken berbalik,”sepertinya kakiku kesemutan. Ehh—bisa bantu aku berjalan?”
Melihatnya duduk disana dengan kaki kesemutan membuat Ken tidak bisa untuk tidak membantunya. Ia menghampirinya dan memapahnya. “kenapa bisa kesemutan?” keluh Ken.
“haduh—jantungku…” Ken menatapnya aneh,”eh? Oh, ahaha bukan. Eh, bagaimana kalau mulai sekarang kita pergi dan pulang sekolah bersama?”
Tanda tanya besar jatuh mengenai kepala Ken. “apa?” jawabnya cepat.
“mulai sekarang jemput aku ya. Kau juga harus sering-sering menghubungiku. Akan ku usahakan datang untuk melihat pertandinganmu.” Cicit Hani.
Ken menangkap maksudnya. “oh! Ahaha.” Ia tertawa sambil terus memapahnya,”em, kenapa pacarku bisa secantik ini ya? ¯nunna nomu yeppo~”
Hani menutupi wajah malunya dengan telapak tangannya, sementara Ken terus saja menyanyikan lagu SHINee – Replay untuknya.
YYY