Teen Top

Teen Top
Crazy M/V

B1A4

B1A4
Baby I'm Sorry M/V

Infinite

Infinite
~Paradise M/V~
  • Infinite~B1A4~Teen Top

About

http://i34.photobucket.com/albums/d132/JuL14_ok/pinkbutterflies.gif
RSS

Last Bullet


Last Bullet
Written by M.V.P

               


          Doooorrr!!!
                Peluru panas itu terbang melesat keluar dari pistol yang di pegangnya. Berlari kencang menuju sasaran. Menembus tubuh-tubuh itu dan membuat mereka tumbang dalam sekejap.
                “apa aku sudah menjadi kakak yang baik? Alex, apa aku sudah jadi polisi yang baik?” katanya dan  kemudian tersungkur di tanah karena kakinya tidak mampu menopang tubuhnya lagi.
                Terlalu banyak peluru yang sudah menembus tubuhnya.
                “kau.. ekkh.. harus bangga ehh.. karena… punya kakak keren seperti aku. ekkhh… tolong jaga dia.”
                Sirine polisi dan ambulan bertimpuk menjadi satu. Polisi-polisi itu sibuk mengamankan TKP. 
***
                Pintu mobil van itu menjeblak terbuka. Kevin masuk dengan terburu-buru. Mengambil perban di kotak medis dan mengobati sendiri luka di tangannya. Alex yang melihat kejadian biasa itu hanya diam saja dan memakan sarapannya. “kapan kau akan berhenti menjadi penembak bayaran?” sindir Alex.
                Ia tidak menjawab. Dari dalam tasnya Kevin mengambil ipad-nya dan beberapa foto. Mengutak atik sesuatu dengan itu, menemukan yang ia ingin temukan dari pertanyaan di kepalanya. “bermasalah dengan tunangan. Hmmm…” katanya.
                “kali ini apalagi misimu?” Alex mengintip ke ipad-nya,”wanita?! Kau akan membunuh seorang wanita?!”
                Kevin memasukkan ipad-nya lagi ke dalam tas, menyuapi sereal yang di buatkan alex untuknya ke dalam mulutnya, dan tidak menjawab pertanyaan Alex.
                “ini sudah keterlaluan. Berhentilah sebelum semuanya terlambat.” Alex memperingatkannya.
                Mata tajamnya seperti ingin menusuk Alex karena terlalu cerewet. “kita hidup seperti dari hasil aku bekerja. Jadi sebaiknya kau diam saja dan dukung aku.”
                “wanita itu baru 19 tahun. Apa salahnya dari seorang gadis berumur 19 tahun? Tuan yang memintamu membunuhnya pasti punya alasan mem…”
                “hartanya. Nyawa gadis itu di asuransikan dan Tuan itu adalah ayah tirinya.” Kevin memotong.
                Alex terkejut. “ayah tiri?”
                Kevin mengangguk. “aku sudah menyelidikinya sebelum menerima kasusnya. Dia tidak hanya menyewaku, tapi dia juga menyewa penembak jitu lainnya. Kalau bukan di tanganku, pasti di tangan yang lain Julia itu akan tewas.”
                “jadi, apa yang akan kau lakukan?” tanya Alex,”aku tidak ingin lagi hidup sebagai buronan. Tinggal di mobil van seperti ini, seperti bukan manusia.” Keluhnya.
                Ponsel Kevin berdering. “aku harus pergi. Kali ini tidak usah menjemputku.”
***
                Kevin sudah siap dengan senapannya dan bersembunyi di gedung tinggi. Ia mencoba mencari penembak jitu lainnya yang sudah di sewa. Berkat mata elangnya, ia berhasil menemukan penembak jitu yang bersembunyi di sebuah apartemen diseberang gedung dan yang satu lagi bersembunyi di atap gedung dua blok dari apartemen itu.
                Ponselnya bergetar. “halo?”
                “kakak? Hari ini aku diminta ayah untuk pergi mengatar sesuatu ke rumah rekan kerjanya. Lain kali saja kita bertemu. Bagaimana?”
                “kau dimana?” tanyanya.
                “aku sedang di komplek apartemen. Lain kali kita piknik bersama ya? Aku akan masakkan sesuatu yang enak. Bagaimana? Oh! Aku sudah hampir sampai. Kak Kevin, terima kasih kau sudah mau menjadi kakak laki-lakiku. Dah kakak.” Tuuuuut
                “sampai?!” Kevin mencari Julia itu lewat teropongnya,”JULIA!”
                Gadis itu baru saja masuk ke sarang penembak jitu. Namanya Julia dan dia adalah anak tunggal dari keluarga kaya. Ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi setelah itu, namun tidak lama kemudian ibunya juga meninggal. Sekarang ayah tirinya ingin membunuhnya karena harta yang ia punya adalah milik Julia dan dia harus membunuhnya bila ingin mengambil semua harta itu.
                Selama berminggu-minggu Kevin menyelediki ini. Tanpa sengaja dia telah terlibat terlalu dalam dengan kehidupan Julia. Kevin juga tumbuh tanpa orang tua dan hanya tinggal berdua dengan sahabatnya, Alex, bersama-sama mereka hidup hanya dengan bergantung pada pekerjaan kotor ini. Kevin dikeluarkan dari kepolisian karena beberapa kali menciderai penjahat yang akan di tangkap. Tidak mati, tapi mereka koma berminggu-minggu dan membuat kepolisian kesal atas tindakan Kevin yang tidak bisa menembak dengan jitu. Setelah dikeluarkan, dia terus berlatih hingga menjadi penembak jitu seperti sekarang ini. Polisi memburunya kemana-mana karena Kevin bersalah sebagai eksekutor illegal.
                “Julia.” Kevin sudah bersiap menarik pelatuknya di sisi yang lain, kedua penembak jitu lain sudah menarik pelatuk mereka juga.
                DOOORRR!
                “apa yang terjadi?!” kata penembak jitu ketiga dan meneropong ke arah Kevin.
                Secepatnya Kevin turun dari gedung berlari menyelamatkan Julia. Baru saja ia menembak si penembak jitu kedua  yang berada di gedung di depannya.
                “sial! Anak itu!” penembak jitu ketiga segera turun juga dari gedung untuk mengejar Julia dan Kevin.
                “ikut!” Kevin berhasil menemukan Julia dan menyeretnya ikut denganya.
                Mereka berlari bersama. Penembak jitu ketiga sudah menyiapkan pistol dengan peredamnya agar tidak ada yang mendengar bunyi letusannya. “KEVIIIN! Kau melanggar perintah!” teriaknya.
                “ada apa, kak? Kenapa kau tiba-tiba muncul?!” tanya Julia.
                Penembak itu menembakinya saat mereka sampai di tempat sepi. Kevin tidak tahan lagi dan mengeluarkan pistolnya. Menghujani penembak itu dengan peluru panasnya. Suara tembakan itu terdengar polisi setempat dengan mengundang mereka untuk ikut bergabung.
                “kita harus lari ke tempat yang lebih ramai. Ayo!” Kevin terus saja menariknya berlari lebih cepat.
                Penembak itu memiliki anak buah. Percuma saja berada di tempat ramai seperti ini karena tidak ada gunanya, mereka tetap akan menyerang. Julia terlepas dari pegangannya dan jatuh. “aaahh..”
                Kevin kembali untuk menolongnya, namun anak buahnya menyerangnya dan terlibat perkelahian. Orang-orang histeris dan berlarian menghindari dari tempat itu. Julia berhasil di tangkap penembak jitu. Kevin tersungkur di tanah karena diserang 3 orang sekaligus. Terdengar suara mobil polisi dari kejauhan yang semakin mendekat.
                “Ayo!” Alex tiba-tiba muncul dan memapah Kevin pergi dari tempat kejadian,”polisi akan segera datang. Mereka akan menyelamatkan Julia. Kau tenang saja. Kau sudah melakukan hal yang terbaik.”
                Kevin menoleh ke belakang. Benar polisi sudah mengepung mereka, tapi Julia dijadikan tahanan. Penembak jitu itu mengarahkan pistolnya ke kepala Julia. Lokasi sudah di sterilkan dari kerumunan orang-orang. Julia menangis ketakutan.
                “Julia.” Keduanya berhenti dan melihat dari kejauhan.
                Tidak ada satupun polisi yang melakukan tindakan apapun. Pelatuk sudah di tarik, penembak jitu itu akan siap menembak kapan saja. “Alex, dimana kau parkir van kita? Kau ambil mobilnya, aku akan menunggu di sini.” Katanya.
                “begitu? Hum. Oke.” Katanya pergi.
                Kevin mengambil pistolnya dan berjalan menembus barikade polisi. “kau tidak boleh melukai wanita.” Katanya dalam hati sambil terus menembus barikade. Beberapa polisi mencoba menghentikan, namun Kevin langsung memukul mereka yang mencoba menghentikan dengan satu tangannya.
                Penembak jitu itu tersenyum melihat aksi Kevin. “jadi kau sudah jadi pembunuh yang baik? Tidak membunuh wanita?” katanya.
         Kevin sudah mendekat dan polisi melepaskan tembakan peringatan. Mereka terpaksa menembaki Kevin. Kakinya tertembak tapi masih bisa jalan, punggungnya tertembak tapi masih bisa jalan, sekali lagi di punggungnya, lalu sekali lagi, lalu sekali lagi, dan satu peluru terakhir tapi Kevin masih berdiri tegak dan berada 3 langkah di depan penembak jitu dan Julia yang menangis.
                “jangan menangis.” katanya sambil tersenyum pada Julia.
Doooorrr!
Peluru pertamanya melesat mengenai kepala di penembak jitu dan membuatnya terkapar. Kali ini ujung pistolnya di arahkan ke anak buahnya. Kedua belah pihak itu terlibat saling tembak. Julia pingsan dan jatuh ke jalan.
Dooor! Dooorrr!
                Peluru panas itu terbang melesat keluar dari pistol yang di pegangnya. Berlari kencang menuju sasaran. Menembus tubuh-tubuh itu dan membuat mereka tumbang dalam sekejap.
                “apa aku sudah menjadi kakak yang baik? Alex, apa aku sudah jadi polisi yang baik?” katanya dan  kemudian tersungkur di jalan karena kakinya tidak mampu menopang tubuhnya lagi.
                Terlalu banyak peluru yang sudah menembus tubuhnya.
                “kau.. ekkh.. harus bangga ehh.. karena… punya kakak keren seperti aku. ekkhh… tolong jaga dia.”
                Sirine polisi dan ambulan bertimpuk menjadi satu. Polisi-polisi itu sibuk mengamankan TKP. 
                Julia membuka matanya. Kevin berada di depannya dengan mata terbuka dan tangannya yang berusaha menggapai dirinya. Nafas Kevin tersengal, dia sedang di ujung maut. Julia bangun dan memeluk tubuh yang sekarat itu. “Kak… kak…” panggilnya lirih.
                “KEVIIINN!!!” Alex berlari menuju mereka dan mendapati sahabatnya diujung kematian,”apa yang kau lakukan?!”
                Kevin tersenyum. “ekhh.. penebusan dosa…” sisa tenanganya yang lain mencoba meraih tangan Alex dan meletakkannya di tangan Julia.
                Alex dan Julia saling berpandangan. Kevin tidak bisa lagi bicara. Dia hanya tersenyum pada Alex dan menghembuskan nafas terakhirnya.
                “KEEEVIINN!!!” teriak Alex.
                Julia menangis di atas mayatnya. Semua yang melihatnya merasa terharu. Bagaimanapun keberanian Kevin menyelamatkan gadis yang ditawan benar-benar luar biasa. Membuat Polisi tidak berguna di saat yang sama. Kalau saja Polisi tidak menembakinya, kalau saja dia bisa menembak penjahat itu lebih cepat, kalau saja Julia bukanlah targetnya, kalau saja dia bukan seorang penembak jitu, kalau… kalau… kalau…
                “Hapuslah dosaku, Last Bullet. Untuk melindungi orang yang ku sayangi.”
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Followers